Minggu, 03 Mei 2015

Memaknai Hari Pendidikan Nasional


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpPefT81jOmiZF4b2nOfraSk21MnH-MHcrjw1grIpi2wEtqmZfUOxGzy2u2EJkPwzok2QEu4wvV6LcqkOjLERtlpnAMwKe3_zWgYQ-WzXaJDNAmjuUwRPTwyfQ0tcG1qz85HPWik34ZgY/s1600/Tut-Wuri-Handayani_Oke.pngAkhirnya Ny Siami benar-benar mengosongkan rumahnya, pergi mengungsi ke Solo setelah tidak tahan diusir warga sekitarnya. Begitulah nasib orang jujur yang oleh warga sekitar tindakan Ny Siami itu dianggap berlebihan. Pertanda masyarakat kita memang sedang sakit. Peristiwa contekan massal yang melibatkan siswa-siswa SD Negeri Gadel 2 Surabaya. Seorang anak pintar, putra Ny Siami, dipaksa wali kelasnya memberikan contekan secara massal kepada teman-temannya pada saat Ujian Nasional SD baru-baru ini.
Bahkan sebelum Ujian Nasional (UN) ada simulasi pencontekan massal segala. Tidak setuju dengan tindakan guru sekolah tersebut, Ny Siami melaporkan kasus ini ke Dinas Pendidikan Surabaya. Akibat perbuatan guru wali kelas tersebut, Dinas Pendidikan kemudian memberi hukuman mutasi dan penurunan pangkat kepada oknum guru dan kepala sekolah (yang dianggap ikut bertanggung jawab). Tetapi apa yang terjadi, warga sekitar sekolah yang tidak lain orangtua murid-murid SDN Gadel 2 tidak terima dengan hukuman tersebut, mereka marah kepada Ny Siami dan keluarganya. Warga berunjuk rasa dan mengecam Ny Siami yang dianggap sok pahlawan dan tidak mempunyai solidaritas terhadap anak murid lainnya, dan puncaknya warga mengusir keluarga Ny Siami keluar dari kampung. Bagi warga sekitar, perilaku mencontek itu adalah hal yang lumrah dan tidak perlu dipermasalahkan. Menurut warga, menyontek adalah hal biasa untuk anak kecil. Warga juga menyatakan bahwa menyontek sudah terjadi di mana-mana dan wajar dilakukan siswa agar bisa lulus. Sekali lagi memang itu merupakan pertanda bahwa masyarakat kita sedang sakit.

Sepenggal kisah diatas merupakan salah satu dari 1001 permasalahan dalam dunia pendidikan di negara tercinta ini, selain infrastruktur gedung sekolah yang jauh dari kata layak, kunci jawaban yang bocor, korupsi, manipulasi, plagiarisme (budaya mencontek) dan masih buanyaak lagi. Apakah itu sudah dapat mencerminkan semangat pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantoro ?. Jawabannya sangat-sangat menyimpang dan tidak sesuai yang diharapkan.

Ketika budaya korupsi, manipulasi, mencontek sudah masuk dan merajalela ke ranah pendidikan yang notabene-nya adalah sebagai tempat untuk mencentak generasi-generasi pemikir dengan ide-ide segar dan brilian ternyata sudah "diracuni" oleh pemikiran-pemikiran sempit, instan dan menghalalkan segala cara. Slogan "Ing ngarso sung tulodho Ing madyo mangun karso dan Tutwuri handayani" sepertinya sangat sulit untuk terpenuhi. Saat ini yang dapat kita lakukan sekarang hanyalah terus berusaha agar para siswa, mahasiswa, guru, dosen menghasilkan karya-karya yang kreatif, inovatif, dan orisinil sehingga dapat diwariskan untuk anak cucu kelak dimasa yang akan datang. Semoga..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar